Hades adalah perpaduan aksi roguelike penuh tantangan dan cerita mitologi yang emosional, terlihat jelas sejak usaha pertama kali memulai permainan. Frasa kunci ini mengarahkan fokus artikel: bagaimana game ini menyatukan tempo pertarungan intens dan kedalaman naratif mitologi Yunani dalam satu pengalaman imersif.
Hades: Aksi Roguelike Penuh Tantangan dan Replayability
Media seperti PCGamesN menyatakan bahwa Hades adalah “roguelike to remember”, dengan “fresh take on Greek myth, the compelling story and its link with your actions, and the engaging loop that can keep you hooked for hundreds of hours”. Hal ini mempertegas bahwa tantangan aksi bukan hanya gameplay — tetapi juga kaitan erat dengan alur cerita. Sistem dungeon acak, berbagai senjata, dan buff dari dewa menciptakan replayability luar biasa.
Kotaku menambahkan bahwa meskipun tampak sulit pada awalnya, “Hades presents the illusion of difficulty and a brutal learning curve…but everybody will eventually get over the finish line”. Dengan pendekatan ini, game memenuhi frasa kunci “aksi roguelike penuh tantangan”.
Cerita Mitologi dalam Hades: Emosional dan Dinamis
GameSpot menyoroti bahwa “what sets Hades apart isn’t just that it’s a great roguelike…but also how it uses its structure to tell an ongoing story about family, secrets, and resolution”. Plot berkaitan dengan Zagreus, putra Hades, dan upayanya melarikan diri dari dunia bawah demi menemukan ibu kandungnya. Setiap kematian bukan akhir—narasi berkembang lewat interaksi dengan karakter seperti Nyx, Achilles, Persephone, dan Hades sendiri.
Polygon menyebut Hades sebagai “a near‑flawless romp through hell”, menambahkan bahwa proses berulang kali ini justru memperdalam narasi, memberikan dampak emosional saat token rekuren muncul dalam snowballing storytelling.
Ludonarrative: Kombinasi Gameplay dan Cerita Mitologi yang Mendalam
Hades sering disebut sebagai “masterclass in ludonarrative storytelling” . Artinya, setiap elemen gameplay — seperti kematian yang memicu percakapan baru — selaras dengan motivasi karakter dan tema mitologi. UMass Media menegaskan bahwa struktur berkali-kali melewati dungeon membuat cerita terasa organik dan bersambung.
Greg Kasavin, narrative designer Supergiant, menyebut bahwa permainan memberi sensasi perbedaan kecil setelah tiap pelarian dan kematian: pemain membawa pengetahuan, bukan kehilangan semuanya. Hal ini menghilangkan disonansi antara tantangan permadeath dan progresi emosional.
Karakter Mitologi yang Hidup dan Dinamis
Pengembangan karakter dalam Hades terasa segar dan penuh kehidupan. Menurut Game Informer, game ini “flipping these old stories on their head and transforming them into commentaries on modern relationships”. Percakapan singkat antar karakter — antara Zagreus, saudara dewa, dan antagonis — dibawakan secara ringan dan emosional.
Contoh terbaik: hubungan kompleks antara Zagreus dan Hades. Polygon menganalisis bahwa keduanya mengalami perkembangan; Hades menjadi menghormati anaknya setelah kematian berulang .
Sistem Pertarungan yang Cepat, Strategis, dan Bervariasi
Hades menyuguhkan sistem tempur responsif ala Bastion, dikombinasi buff dari dewa dan banyak senjata. GameSpot memuji “precise and layered combat” yang membuat pemain tergoda bertahan berjam-jam .
Selain pedang, tersedia tombak, busur, perisai, dan pemukul; setiap senjata punya gaya unik ditambah modifikasi dari Daedalus Hammer. Wired menyoroti efek boons: kombinasi seperti “Athena’s deflect dash” atau lightning dari Zeus membuat build sangat variatif.
Visual Hand‑Drawn & Soundtrack Emosional
Art director Jen Zee mengadopsi gaya pen‑and‑ink setelah fase awal, menciptakan estetika dunia bawah yang memikat. The Guardian memuji karakter dengan “heroic nudity” ala komik klasik Yunani.
Darren Korb menghadirkan soundtrack “Mediterranean prog rock Halloween” yang mengombinasikan bouzouki, gitar logam, perkusi, wind instruments, dan orkestra, menciptakan atmosfer intens di setiap fase. IGN bahkan menyebut musiknya “masterful… from the rocking, frenetic energy of battle… to the calm, wistful pieces”.
Progresi Emosional melalui Kegagalan dan Kebangkitan
Kotaku dan media lain menyoroti bahwa kematian dalam Hades bukan kemunduran. Justru ia katalis narasi dan pengembangan karakter. Pendekatan ini membuat pemain semakin peduli pada alur dan karakter, bukan sekadar mengejar kemenangan.
Penghargaan & Penerimaan Global
– Game of the Year pada Game Developers Choice Awards 2021
– Best Game dan 5 penghargaan di British Academy Games Awards 2021
– Menang Best Independent Game dan Best Action di The Game Awards 2020
– Konsensus “universal acclaim” di Metacritic dan lebih dari 1 juta unit terjual
Kenapa Hades Masih Relevan dan Layak Dicoba Tahun Ini?
-
Aksi roguelike penuh tantangan
Tersedia hard mode, modifikasi senjata, dan tantangan heat untuk veteran. -
Cerita mitologi emosional
Tidak monoton – penuh perkembangan karakter dan hubungan kompleks. -
Progresi & replayability yang memuaskan
Setiap run memberi buff permanen, dialog baru, dan unlock konten. -
Desain visual & audio kelas atas
Gaya hand‑drawn dan musik Darren Korb menyajikan pengalaman multi‑indera. -
Penghargaan prestisius & konsensus kritis
Menjamin kualitas tinggi dan reputasi global.
Hades adalah contoh sempurna bagaimana game bisa menyatukan aksi roguelike menyala dan cerita mitologi emosional. Dengan sistem perangkap dungeon acak, build senjata beragam, dan buffs dewa, pengalaman bermain selalu segar. Ditambah cerita yang berkembang melalui kematian dan interaksi karakter, permainannya jadi lebih dari sekadar mengalahkan bos — melainkan perjalanan batin sang protagonis.
Supergiant Games — dengan tim kecil sekitar 20–30 orang — mampu menciptakan mahakarya yang unggul dalam gameplay, cerita, seni, musik, dan pendekatan kerja sehat tanpa crunch. Ini bukan sekadar game: ini adalah pengalaman emosional yang memikat dan tidak terlupakan.
Bagi siapa pun yang mencari game dengan perpaduan antara tantangan, emosi, dan estetika, Hades adalah must-play. Terjunlah ke Dunia Bawah, rasakan setiap kegagalan membentuk karaktermu, dan temukan alasan mengapa Hades tetap relevan hingga kini.
Leave a Reply