Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba menjadi fenomena anime global sejak perilisannya, dan kesuksesannya segera meluas ke dunia video game. Namun, pertanyaan yang kerap muncul dari para penggemar adalah: Apakah game Demon Slayer mampu menghadirkan visual seindah dan se-emosional seperti animenya? Artikel ini akan mengupas tuntas visual, gameplay, serta aspek sinematik dari game ini, membandingkannya langsung dengan kualitas luar biasa dari seri animasi yang diproduksi oleh Ufotable.
Adaptasi Video Game dari Anime Populer
Tidak mudah mengadaptasi anime ke dalam bentuk game. Banyak game adaptasi yang gagal menyaingi emosi dan visual dari versi animasi aslinya. Demon Slayer: The Hinokami Chronicles—game resmi yang dikembangkan oleh CyberConnect2 dan diterbitkan oleh SEGA—mengambil tantangan besar ini.
Game ini pertama kali dirilis pada 2021 untuk platform PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X/S, dan PC. Dengan reputasi CyberConnect2 yang sudah dikenal dari seri Naruto: Ultimate Ninja Storm, ekspektasi terhadap adaptasi visual dan naratif Demon Slayer sangat tinggi.
Visual: Apakah Setara dengan Ufotable?
Salah satu keunggulan utama dari anime Demon Slayer adalah kualitas animasinya. Studio Ufotable dikenal dengan teknik CGI yang halus, komposisi warna cerah, serta koreografi pertarungan yang mendebarkan.
Di sisi lain, Demon Slayer: The Hinokami Chronicles tampil cukup memukau dengan pendekatan cel-shaded yang membuat karakternya tampak seperti langsung keluar dari layar anime. Efek serangan seperti Hinokami Kagura, Water Breathing, dan Blood Demon Art divisualisasikan dengan indah. Namun, ada batasan teknis yang membuatnya tidak sefluid versi animasi.
Secara teknis:
-
Frame rate stabil di 60fps di konsol current-gen, tetapi beberapa efek partikel masih terasa ‘ringan’.
-
Lighting dan bayangan cukup dramatis, tapi tidak sedalam shading ala Ufotable.
-
Cutscene sinematik memang indah, tetapi masih terasa seperti potongan yang kurang emosional dibanding anime-nya.
Meski begitu, bagi ukuran game adaptasi anime, visualnya bisa dikatakan berada di atas rata-rata.
Cerita dan Mode Petualangan
Game ini mengusung story mode yang mengikuti alur anime dari episode awal hingga arc Mugen Train. Narasi disajikan melalui potongan adegan anime dan cutscene in-game, lengkap dengan voice-over Jepang yang identik dengan anime-nya.
Namun, beberapa penggemar mengkritik bahwa eksplorasi dalam mode petualangan terasa terbatas. Pemain hanya bisa menjelajah area sempit dengan sedikit interaksi lingkungan. Ini membuat sebagian gamer merasa story mode terasa linier dan kurang mendalam.
Poin penting:
-
Alur cerita setia pada anime, tapi tidak menyertakan semua dialog atau momen ikonik.
-
Koneksi emosional terasa kurang kuat karena ekspresi karakter dalam cutscene kurang dinamis.
-
Bonus cerita tersedia dalam bentuk misi tambahan dan karakter side-story.
Gameplay: Pertarungan Cepat ala Arena Fighter
Demon Slayer Game mengadopsi sistem arena fighter, mirip dengan Naruto Storm, di mana dua karakter bertarung dalam arena 3D dengan serangan jarak dekat, jurus spesial, dan sistem tag-team.
Kelebihan gameplay:
-
Animasi serangan spesial setia pada anime dan terasa sinematik.
-
Karakter playable cukup banyak, termasuk Tanjiro, Nezuko, Zenitsu, Inosuke, serta para Hashira dan iblis utama.
-
Mode versus online dan lokal sangat kompetitif dan cepat.
Kekurangan:
-
Kedalaman sistem bertarung masih dangkal dibanding game fighting profesional seperti Tekken atau Street Fighter.
-
Balancing karakter sering dikeluhkan oleh komunitas kompetitif.
Meski begitu, untuk pemain kasual atau penggemar anime, gameplay-nya tetap menyenangkan dan cukup memuaskan secara visual.
Update Konten dan Dukungan Pengembang
CyberConnect2 dan SEGA menunjukkan komitmen terhadap game ini dengan terus merilis update konten gratis berupa karakter baru dan balance patch. Setelah rilis awal, beberapa karakter tambahan seperti Tengen Uzui, Daki, Gyutaro, hingga versi baru dari Tanjiro dan Nezuko dari arc Entertainment District ditambahkan.
Pembaruan ini memberikan harapan bahwa ke depannya akan hadir konten dari Swordsmith Village dan Infinity Castle, bahkan mungkin adaptasi penuh dari final battle melawan Muzan Kibutsuji.
Perbandingan Langsung: Game vs Anime
Mari kita ulas poin perbandingan secara langsung:
| Aspek | Anime Ufotable | Game The Hinokami Chronicles |
|---|---|---|
| Visual | Sempurna, kaya detail, fluid | Indah, cel-shaded, tapi statis |
| Emosi | Sangat emosional | Cenderung datar di cutscene |
| Cerita | Full arc, sinematik mendalam | Terbatas, hanya sampai Mugen Train |
| Musik | Orkestrasi epik dari Go Shiina | Soundtrack bagus tapi tak setara |
| Pertarungan | Koreografi terbaik anime modern | Menarik tapi kurang kedalaman |
Kesimpulannya, game ini berhasil menghadirkan sebagian dari keindahan visual anime, tetapi tidak sepenuhnya bisa menyamai keajaiban sinematik versi animasi.
Apa Kata Komunitas dan Kritikus?
Game ini mendapat ulasan beragam:
-
IGN memberi skor 7/10 dan memuji visual, tapi mengkritik kekurangan eksplorasi.
-
Metacritic menunjukkan skor rata-rata 72 untuk PS5.
-
Steam review menunjukkan mayoritas positif, terutama dari fans.
Komunitas gamer menyukai kemudahan akses, gaya visual, dan kesetiaan pada anime. Namun, pemain hardcore merasa game ini kurang menawarkan tantangan mendalam atau inovasi gameplay.
Masa Depan Game Demon Slayer
Dengan anime Demon Slayer yang sudah mencapai arc Hashira Training dan segera memasuki arc akhir, potensi kelanjutan gamenya sangat besar. Ada kemungkinan bahwa versi sekuel atau expansion besar akan hadir untuk menutup seluruh cerita.
Beberapa prediksi dan harapan penggemar:
-
Mode co-op untuk cerita.
-
Mode roguelike berbasis misi pembasmian iblis.
-
Adaptasi penuh dari final battle di Infinity Castle.
-
Versi VR atau pengalaman sinematik lebih mendalam.
Jika CyberConnect2 ingin menyamai reputasi Ufotable, mereka harus lebih berani dalam mendesain sistem narasi interaktif yang menyentuh hati.
Penutup: Visual Seindah Serinya?
Jawabannya: Sebagian besar, ya.
Game Demon Slayer: The Hinokami Chronicles berhasil menyajikan visual menawan dan setia pada anime-nya, terutama dalam segi gaya seni dan animasi pertarungan. Namun, dalam hal kedalaman emosional dan naratif, masih ada jarak yang perlu dijembatani.
Untuk penggemar anime yang ingin merasakan dunia Kimetsu no Yaiba secara interaktif, game ini adalah pilihan solid. Tapi bagi yang mencari pengalaman mendalam dan sinematik setara anime, sebaiknya menurunkan ekspektasi sedikit.












Leave a Reply